Mentoring adalah kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Meski pada Sabtu (9/9) telah digelar Grand Opening Mentoring dan English Tutorial Program (ETP) tingkat universitas. Namun setiap fakultas di lingkungan UMS memiliki budaya untuk menyelenggarakan Grand Opening Mentoring Fakultas, salah satunya di Fakultas Komunikasi dan Informatika (FKI), Sabtu (23/9).
Angga Pratama selaku Ketua Koordinator Mentoring Fakultas (KMF) FKI mengungkapkan bahwa sifat dari kegiatan ini tidaklah wajib, namun ini tetap dilaksanakan sebagai sarana pengenalan adik mentor dengan kakak mentor, pembagian kelas, serta pelantikan pengurus KMF FKI.
“Kegiatan ini memang tidak wajib untuk dilaksanakan fakultas, tapi ini adalah untuk menyambut adik-adik, pengenalan dengan kakak mentor, dan pembagian kelas. Selain itu dalam acara ini juga untuk pelantikan pengurus KMF yang termasuk dalam rangkaian acara ini,” ungkapnya ketika diwawancarai dalam acara tersebut.
Dalam acara ini, pengurus KMF FKI mengambil tema Revitalisasi Semangat Al-Qur’an Menuju Pemuda Muslim Berkemajuan. Angga menegaskan tujuan diambilnya tema ini karena dari pengurus KMF FKI berpendapat apabila orang ingin menjadi baik dan keislamannya meningkat harus didekatkan dengan Al-Qur’an.
“Yang kami tafsirkan dari pengurus kami pengurus KMF adalah jika orang ingin menjadi baik dan keislamannya meningkat maka harus didekatkan dengan Al-Qur’an. Lalu kalau orang ingin baik tapi tidak didekatkan dengan Al-Qur’an pasti hasilnya nol,” tegasnya.
Acara yang dihadiri sekitar 350 mahasiswa ini berlangsung cukup lancar. Pasalnya selama acara berlangsung mereka terlihat antusias mulai dari pembukaan hingga acara berakhir. Bahkan ketika kajian berlangsung, mereka terlihat memperhatikan materi yang disampaikan Ust. Mujazin selaku pembicara dalam kajian tersebut tanpa ada yang terlihat mengantuk.
Angga berharap melalui kegiatan mentoring ini nantinya dapat mendekatkan adik-adik mentor dengan Al-Qur’an hingga mereka dapat membacanya dengan lancar karena ketika orang islam tidak bisa membaca Al-Qur’an maka akan terlihat lucu.
“Walaupun nanti outputnya ada yang menolak dan menerima itu adalah sunatullah, itu adalah urusan mereka. Yang penting kita berharap Al-Qur’an ini dapat kita dekatkan dengan adik-adik dan mereka bisa membacanya dan semoga semuanya lancar. Karena memang orang islam akan lucu ketika tidak bisa membaca Al-Qur’an,” tutupnya. (khairul)
Oleh : Khairul Syafuddin