Keberagaman budaya, agama, hingga ethnis merupakan kelebihan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Melalui keberagaman ini pula bangsa Indonesia kini dapat meraih kemerdekaan. Melihat hal tersebut, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) memberikan ruang untuk terselenggaranya kegiatan ekspedisi dan dialog kebangsaan, Selasa (15/05/2018).
Kegiatan yang dilaksanakan bersama Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah serta tim Ekspedisi Kebangsaan Pemuda Muhammadiyah tersebut digelar di halaman depan Gedung Induk Siti Walidah UMS. Tema yang diambil dalam acara ini adalah Menggembirakan Keberagaman. Rektor UMS, Dr. Sofyan Anif, M.Si menjelaskan bahwa kebersamaan dalam keberagaman ini adalah salah satu misi Muhammadiyah.
“Kebersamaan dalam keragaman yang kini merupakan salah satu misi yang diemban atau diusung oleh Kyai H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah pada tahun 1912 yang lalu,” jelasnya.
Dalam kegiatan ini terlihat kendaraan Vespa dipajang di depan Gedung Induk SIti Walidah UMS. Vespa tersebut merupakan kendaraan yang digunakan oleh tim Ekspedisi dalam melakukan kunjungan kebangsaannya di setiap daerah. Tim Ekspedisi tersebut juga menunjukkan bahwa melalui keberagaman latar belakang yang dimilikinya mereka tetap dapat bersatu dengan berlandaskan Bhinneka Tunggal Ika.
Hal ini juga menjadi sebuah pandangan ke depan bahwa Muhammadiyah juga harus menerima keberagaman ini, khususnya dalam hal budaya kontemporer, seperti budaya vespa maupun budaya komunitas BMX yang juga tampil di acara tersebut. Hal ini dikarenaka ke depan budaya-budaya yang bersifat kontemporer di Indonesia akan terus berkembang, sehingga mau tidak mau Muhammadiyah harus menggandeng dan merangkul mereka untuk mencapai kebersamaan.
Dr. Sofyan Anif, M.Si juga menceritakan kisah berdirinya PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat) pada tahun 1918. Berdirinya PKO pada saat itu tidak hanya digunakan untuk rumah sakit umat muslim saja, namun untuk semua golongan.
“Ketika KHA Dahlan mendirikan rumah sakit PKO. Disini terdapat pesan ketika berdiri rumah sakit tidak boleh yang di tolong itu hanya orang-orang muslim. Tapi semua golongan, semua agama, dari berbagai latar belakang budaya, ras, suku, dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dari awal Muhammadiyah juga telah mengajarkan bahwa sebagai umat muslim diwajibkan untuk menghargai keberagaman. Keberagaman tersebut bukan sebuah alasan terjadinya perpecahan sebuah bangsa, namun menjadi hal penting dalam melakukan sebuah pembangunan.
Dia juga menambahkan bahwa kita sebagai umat Islam dalam hal muamallah harus siap untuk bekerjasama dengan orang yang berlatar belakang berbeda. “Kalau kita berbicara kerjasama, tolong menolong dalam hal muamallah maka Islam dengan tangan terbuka, kita harus bekerjasama dengan orang lain, dengan latar belakang yang berbeda-beda,” tambahnya. (Khairul)
Oleh: Khairul Syafuddin
[twocol_one][/twocol_one] [twocol_one_last][/twocol_one_last]