Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi Dan Informatika (FKI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) terbilang sebagai salah satu Prodi yang masih muda. Resmi bergulir sejak tahun 2006 silam, kini Prodi Ilmu Komunikasi menjadi salah satu jurusan yang diminati calon mahasiswa UMS. Di balik berdirinya Prodi Ilmu Komunikasi, sosok Drs. Joko Sutarso, SE, M.Si, menjadi salah satu pencetus kelahiran Prodi tersebut.
Sosok kelahiran Karanganyar, 1 Juni 1964 tersebut bersama Ahmad Muhibin dan Nur Hadiyantomo menginisiasi embrio Prodi Ilmu Komunikasi. Usai mengurus berbagai macam perijinan, 28 Juni 2006 secara resmi Surat Keputusan (SK) pendirian Prodi baru turun. “Sudah 21 tahun lamanya saya bekerja di UMS. Usai sekolah S-2 pada tahun 2003 dan lulus di 2005, saya sudah berorientasi untuk mendirikan Prodi Ilmu Komunikasi ini,” ungkap Joko ketika ditemui Joglosemar, Kamis (3/4).
Untuk mendirikan Prodi Ilmu Komunikasi UMS, Joko mengaku berjuang dengan mencari link, hingga membandingkan Prodi serupa di kampus lain, khususnya di Jawa Tengah dan Indonesia secara umumnya. Ia pun mempelajari keunggulan serta kelemahan Prodi di kampus lain, sehingga kini menjadi salah satu program yang khas dan laku di pasaran. “Salah satu kebutuhan UMS yang dianggap penting yaitu untuk meningkatkan citra dan pentingnya media relations. Itu yang kemudian menjadi alasan kami untuk mengembangkan Prodi Ilmu Komunikasi terutama di kalangan Muhammadiyah,” ujar Joko yang kemudian turut membantu berdirinya FKI UMS tersebut.
Tahun 2007, terdapat momentum dimana Prodi Ilmu Komunikasi diperkuat dengan Prodi Teknik Informatika. Menurut Joko, hal tersebut kian memperkokoh kekuatan fakultas dimana Prodi yang dikembangkan khususnya di Ilmu Komunikasi sarat dengan muatan informatika. “Sinergi keduanya dapat mencapai bentuk yang mapan,” sebutnya.
Perkembangannya Prodi Ilmu Komunikasi terbilang mantap. Indikatornya, dengan pengakuan akreditasi B yang kini disandang, lulusan yang diterima di berbagai lapangan kerja, berikut termasuk jumlah peminat yang masuk. Kini, kuota penerimaan mahasiswa baru pun sengaja dibatasi dan disaring lewat passing grade guna menjamin mutu.
“Saya pribadi berharap Ilmu Komunikasi bisa semakin besar, kualitas dosen meningkat, dan dapat diterima oleh masyarakat. Terlebih ini sebagai bagian dari sumbangsih kami terhadap Muhammadiyah dan masyarakat pada umumnya,” tandas Dosen Komunikasi Politik dan Komunikasi Pembangunan tersebut.
Di luar aktivitasnya sebagai dosen yang mengajar dan melakukan penelitian serta pengabdian tersebut, rupanya juga menggemari seni tarik suara. “Bagi saya bekerja itu bagai ibadah. Di luar aktivitas kampus, saya suka menyanyi dan membaca. Sebab dari situlah saya mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru,” tutup Joko. Putradi Pamungkas