Peringati hari kemerdekaan bangsa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melaksanakan upacara bendera, Jumat (17/8/2018). Kegiatan yang dilaksanakan di halaman Gedung Induk Siti Walidah UMS itu dihadiri oleh seluruh civitas akademika, mulai dari dosen, karyawan, hingga mahasiswa.
Petugas upacara dalam rangka peringatan Hari Ulang tahun (HUT) ke-73 Republik Indonesia (RI) yang dilaksanakan oleh UMS itu berasal dari anggota Resimen Mahasiswa Sat.916 / Samber Nyowo UMS. Sedangkan untuk pembina upacara langsung dipimpin oleh Rektor UMS, Dr. Sofyan Anif, M.Si.
Bagi UMS kegiatan upacara ini adalah sebuah bentuk rasa syukur atas kemerdekaan yang telah diraih oleh para pejuang. Rektor UMS, Dr. Sofyan Anif, M.Si menyampaikan bahwa kemerdekaan tersebut bukanlah suatu hal yang datang secara tiba-tiba.
“Kita sebagai bangsa Indonesia harus tahu bahwa kemerdekaan ini bukan suatu hal yang datang tiba-tiba. Tapi melalui suatu proses panjang, suatu proses perjuangan yang dilakukan oleh para tokoh, ulama, dan seluruh rakyat Indonesia waktu itu, yang mereka dengan secara ikhlas berkorban tidak hanya jiwa dan raga, tapi mungkin seluruh hartanya pun dalam rangka untuk mencapai kemerdekaan,” ucapnya.
Menurutnya pada hari perayaan kemerdekaan RI ke-73 ini sudah tidak ada kata lain lagi selain bersyukur kepada Allah SWT. Rasa syukur ini lah yang nantinya dapat menambah nikmat bangsa Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.
Rektor UMS juga menjelaskan bahwa kelahiran Muhammadiyah lebih dahulu daripada kemerdekaan RI. Hal ini juga memberikan bukti bahwasannya Muhammadiyah pada waktu itu memiliki peran serta yang cukup besar dalam meraih kemerdekaan Bangsa Indonesia.
“Bangsa kita berumur 73 tahun. UMS kalau tidak salah 60 tahun karena kita lahir tahun 1958. Muhammadiyah berdiri tahun 1912 sehingga berumur lebih dari 1 abad. Sejarah telah membuktikan bahwa Muhammadiyah banyak memberikan kontribusi melalui para tokoh, melalui para ulama. Bahkan sampai pada penetapan Pancasila sebagai dasar negara pun, banyak dilakukan oleh para tokoh dan para pejuang yang berasal dari Muhammadiyah,” jelasnya.
Salah satu tokoh Muhammadiyah yang ikut andil dalam kemerdekaan Bangsa Indonesia adalah Ki Bagus Hadikusumo. Pada saat itu Ki Bagus Hadikusumo memberikan usul terhadap pengurangan 7 kata dalam sila pertama Pancasila, yang sekarang menjadi “Ketuhanan yang maha Esa”. Menurut Sofyan Anif, ini sebuah usulan cerdas yang sekaligus pada saat itu Muhammadiyah sudah berpikir ke depan untuk Bangsa Indonesia yang memiliki banyak perbedaan. Sehingga pengurangan tersebut dilakukan dalam rangka menguatkan NKRI yang didalamnya terdiri dari beragam suku, ras, dan agama.
Dia juga menambahkan bahwa kini seluruh dunia telah merasakan eksistensi Muhammadiyah dalam melakukan gerakan amar ma’ruf nahi munkan dan gerakan tajdid dalam rangka berkontribusi untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Muhammadiyah sebagai suatuorganisasi gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, gerakan tajdidyang selalu memberikan nilai kebaharuan baik dalam kehidupan beragamadan kehidupan berbangsa dan bernegara, telah diakui tidak hanya diinternal Bangsa Indonesia, tapi seluruh dunia telah merasakaneksistensi Muhammadiyah,” tambahnya. (khairul)
Oleh: Khairul Syafuddin